Jumat, 16 Oktober 2015

Untukmu yang menghempasku.

Aku kira aku berharga, aku kira aku ada artinya, aku kira cintamu memang nyata. Tapi semua hanya perkiraannku saja.
Harusnya aku tau akan begini lagi akhirnya. Harusnya aku tau bahwa semua cinta sama saja. Harusnya aku tau bahwa rasa sakit itu timbul karna aku kembali percaya. Harusnya aku tau bahwa menitipkan hati pada orang lain hanya akan membuatku terluka. Harusnya.
Pada dasarnya, aku selalu tau bahwa aku tak pernah bisa memilih dengan benar. Tak pernah bisa menilai dengan baik. Tak pernah bisa dicintai dengan tulus. Aku tau.
Tapi dengan bodohnya...

Jumat, 14 Agustus 2015

Butuh Waktu untuk Kembali Percaya.

Butuh waktu untuk kembali percaya.
Bukan sekali atau dua kali hati ini merasakan yang namanya dilukai.
Kadang bahkan sering kali enggan rasanya membuka lagi pintu masuk menuju ruang di hati. Banyak kecemasan dan ketakutan tentang kembali disakiti oleh seseorang yang tadinya diharapkan sebagai yang tulus mencintai.


Setelah dipikir berulang kali, mencoba kemudian gagal selalu lebih baik dari pada tidak mencoba sama sekali. Keberanian mungkin menyakitkan. Namun hidup dalam ketakutan akan jauh lebih buruk. Hati tidak akan kembali utuh setelah berkali-kali hancur berkeping. Aku tau itu. Tapi paling tidak, dengan sedikit keberanian, mungkin akan ada seseorang yang benar-benar mau dan bisa mengumpulkan kembali kepingan hati itu lalu menyusunnya bersamaku. Tetap aka nada kepingan yang terlihat cacat, namun ia akan tetap indah selama kita bisa menerima. Bukankah sesungguhnya kebahagiaan itu berasal dari keikhlasan penerimaan?

Selasa, 20 Mei 2014

Peran Pendidikan bagi Budaya Bangsa


Indonesia adalah negara yang kaya budaya. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negeri yang memiliki banyak suku di dalamnya. Sebagai manusia yang berbudi luhur, kebudayaan mengambil peran penting yang sangat diperlukan dalam menginterpretasi semua yang ada dalam kehidupan manusia. Nilai-nilai baik dari suatu kebudayaaan yang nantinya diperoleh bukanlah ciptaan sendiri, melainkan hasil dari proses belajar. Apabila nilai-nilai baik dalam suatu budaya dapat ditanamkan dalam diri individu, maka hampir dapat dipastikan bahwa individu tersebut akan mampu beradaptasi dan mempertahankan kelangsungan hidup berbangsa.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan serta melestarikan nilai-nilai budaya yang ada ke dalam diri tiap-tiap individu adalah melalui sekolah atau pendidikan formal. Pendidikan dapat membentuk manusia menjadi mahluk berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Daoed Joesoef memandang pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita lakukansebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai mahluk bio-sosial. Pendapat lain dari Bertrand Russel mengatakan pendidikan sebagai tatanan sosial kehidupan bermasyarakat yang berbudaya.


Melalui pendidikan kita bisa menciptakan masyarakat yang maju, madani, berakhlak mulia, dan damai berdasarkan nilai dan norma budaya. Semua ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan cara paling efektif dalam membangun serta mengukuhkan penanaman rasa cinta terhadap budaya dan keberlangsungan akan budaya itu sendiri.


Hal utama yang menjadi tugas besar bagi para pendidik, baik itu orang tua maupun guru, untuk mendidik anak-anak bangsa untuk lebih memahami, mengembangkan, dan melestarikan budaya bangsa agar rasa cinta itu sendiri dapat tertancap dengan kuat dalam diri mereka. Masing-masing elemen masyarakat memiliki andil yang sama dalam mewujudkan Indonesia sebagai Negara yang berbudi luhur.

Sabtu, 11 Januari 2014

Aku benci...

Aku benci jatuh cinta...
Aku benci jadi lemah tiap kali ada cinta yang masuk ke hati ini.
Aku benci lagi-lagi hanya jadi mainan bagi cinta yang datang.
Aku benci ketika akal menjadi tak berdaya dan logika menjadi sia-sia karna kehadiran cinta.
Aku benci ketika aku bahkan menjadi tak mampu mengendalikan perasaan karna cinta.
Aku benci ketika harus menjadi sangat dekat dengan cinta hanya untuk merasa perih di akhirnya...