Aku kira aku berharga, aku kira aku ada artinya, aku kira
cintamu memang nyata. Tapi semua hanya perkiraannku saja.
Harusnya aku tau akan begini lagi akhirnya. Harusnya aku tau
bahwa semua cinta sama saja. Harusnya aku tau bahwa rasa sakit itu timbul karna
aku kembali percaya. Harusnya aku tau bahwa menitipkan hati pada orang lain
hanya akan membuatku terluka. Harusnya.
Pada dasarnya, aku selalu tau bahwa aku tak pernah bisa
memilih dengan benar. Tak pernah bisa menilai dengan baik. Tak pernah bisa
dicintai dengan tulus. Aku tau.
Tapi dengan bodohnya...
Aku memilih untuk bertaruh sekali lagi. Mempertaruhkan hati
ini dengan harapan ia akan jatuh pada orang yang tepat. Berharap ia akan dijaga
dengan segenap jiwa dan raga oleh sang pemilik barunya. Berharap ia tak akan
pernah lagi mendapat goresan yang membuatnya terluka.
...dan dengan pahitnya, aku kembali kalah dalam pertaruhan
bodoh yang aku lakukan. Aku menyerahkan hatiku pada pembunuh paling sempurna, yaitu
kamu. Kamu yang mengobati lukaku sebelumnya, mengajarkanku bahwa tak ada
salahnya kembali percaya, membuatku kembali berdaya setelah berkali-kali remuk
sebelumnya, membuatku sempat kembali memiliki harapan agar dapat dicintai
seutuhnya.
Tapi aku kembali lupa.. bahwa dengan menitipkan hati berarti
aku siap mati.
Aku lupa bahwa cinta ini adalah nyawa terakhirku. Lupa bahwa
yang kuberikan padamu adalah kepingan terakhir hatiku. Lupa bahwa jika setelah
ini pun kau hancurkan, aku tak lagi punya apa-apa.
Terimakasih, kamu.
Kamu membunuhku dengan indah.
Kamu membuatku mengakhiri harapanku dengan tanganku sendiri.
Kamu... luar biasa. Terimakasih, cinta.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar